Gurunya Guru pernah Menjadi Siswanya Siswa

Oleh Mardianto dan Amini
Tidak ada guru yang pertama di dunia ini, dan tidak adapula siswa yang terakhir belajar dimuka bumi ini, karena itu sepintar apapun guru pasti bernah berguru, dan bukan tidak mungkin siswa satu saat akan menjadi guru.
Sering kali kita membayangkan bahwa guru kita adalah segala-galanya, atau ketika kita menjadi guru bahwa diri kita adalah orang yang paling pintar di atas dunia ini. Padahal guru tersebut pernah menjadi siswa dari seorang guru, dimana dulu ia belajar sampai menjadi seorang guru seperti hari ini. Bayangkan lagi bahwa guru dimana guru kita tadi belajarpun bahkan pernah menjadi seorang siswa yang pernah belajar pada guru di atasnya lagi, hampir tidak berhenti.
Keadaan ini dapat menjadi dasar rujukan bahwa guru memiliki hirarki baik dalam pengetahuan, pengalaman maupun penghormatan. Hirarki ke atas artinya bahwa kita harus selalu menghormati guru sebelumnya atas kemampuan dan pengalamannya mendidik kita. Hirarki ke bawah artinya kita harus selalu berterima kasih kepada guru baru, karena kemampuannya ia akan meneruskan tugas tugas keguruan untuk masa depan anak bangsa. Jadi antara guru masa lampau dengan guru masa depan, kepada kitalah menyatukan visi dan misi pendidikan tersebut.
Mengapa kita perlu menggapai gurunya guru kita ini, ada beberapa hal yang sebaiknya disadari bagi seorang guru bila ingin mengembangkan kariernya yakni sebagai berikut:

  • Guru mempunyai tugas mendidik seorang siswa, maka bayangkan bagaimana siswa belajar. Menyandang status guru pasti berbeda rasanya dengan status yang lain, apakah itu status sebagai pengusaha, status sebagai pegawai kantoran, apalagi status pengangguran atau juga status sebelum jadi guru. Status guru seakan menjadikan dirinya adalah orang yang paling sibuk dengan memberi, menyampaikan, seluruh materi pelajaran. Padahal materi pelajaran itu tidak terhingga, apa saja yang ada di dunia ini adalah materi pelajaran, hanya yang dituliskan itu menjadi sistematika penyampaian. Untuk itu seorang guru harus membayangkan bagaimana jika dirinya seperti seorang siswa yang harus menerima, menelan seluruh materi, bukan saja jenuh akan tetapi bisa stress. Guru yang baik adalah guru yang menjadikan gaya belajar siswa menjadi pertimbangan ketika ia menyampaikan materi. Gaya belajar visual, gaya belajar audio atau gaya belajar kinestetik semuanya adalah khazanah bagi seorang guru bagaimana ia mengembangkan pembelajaran yang dapat membantu dan menolong siswanya menjadi seorang yang berhasil dalam kehidupan.
  • Guru mempunyai peran menjadi tauladan siswanya, maka bayangkan bagaimana ia mengidolakan gurunya. Menjadi orang yang sempurna adalah gambaran yang selalu membayangi diri seorang guru, apapun yang dilakukannya selalu menjadi contoh bagi siswa-siswanya. Kesempurnaan, atau keteladanan yang dibuat, atau diformalkan dalam aturan, kadang kala menjebak guru dalam gerak dan langkahnya. Yang terbaik adalah bagaimana guru selalu berkomunikasi dengan siswa dan pada gilirannya guru mengetahui bagaimana siswa meminta dirinya untuk menjadi bagian dari diri siswa. Menuju kesempurnaan itu adalah hal yang wajar dan baik untuk dilakukan, akan tetapi mencapai kesempurnaan sebagai sebuah harapan itu lebih baik. Dan bila berhenti berusaha mencapai kesempurnaan seorang guru, maka berhentilah mengajar, karena itu akan membahayakan siswa kita.
  • Guru mempunyai peran menyampaikan ilmu pengetahuan bagaimana cara belajar kepada siswanya, maka bayangkan bagaimana siswanya dapat mempelajari dan menyampaikan kepada orang lain. Siswa kadang kala kesulitan mengikuti bagaimana guru mengajar yang penuh dengan pedoman harus sesuai aturan, ketat terhadap langkah langkah, bahkan harus mencapai target tertentu dalam setiap pertemuan. Betapa pontang pantingnya siswa kadang mengikuti apa yang diingini guru, maka guru yang baik adalah yang memberikan perhatian bahwa tidak semua siswa memiliki gaya belajar yang sama, irama yang sama, bahkan tujuan yang sama antara satu dengan lainnya. Setiap siswa adalah unik, berbeda satu dengan lainnya, klasifikasi, ras, golongan atau apapun pengelompokan yang dibuat dan disematkan kepada siswa adalah hanya sekedar upaya memberikan sematan agar mudah melakukan kegiatan pendidikan. Akan tetapi sekali lagi menangani satu siswa dengan lainnya, adalah berbeda, tidak ada yang sama persis sekalipun.Guru mempunyai peran menjadi orang yang akan melahirkan guru berikutnya. Peran guru bukan sekedar menjaga, atau memelihara nilai nilai keilmuan yang diterimanya dari guru guru sebelumnya, akan tetapi juga ia harus mempunyai peran akan melahirkan atau meneruskan ilmu pengetahuan kepada siswa calon guru selanjutnya. Keseimbangan antara menjaga dan memelihara masa lalu dengan perspektif masa depan adalah hal yang tidak dapat dihindari oleh seorang guru. Guru yang baik adalah mereka yang memiliki kemampuan mengelola ilmu pengetahuan yang lama menjadi tetap terbarukan untuk dapat digunakan pada masa depan.
    Berfikirlah jauh kedepan, bukan sekedar gurunya guru pernah menjadi siswanya seorang siswa, dimana jauh ke zaman dahulu, akan tetapi juga sebaliknya, bahwa siswanya siswa satu saat akan menjadi gurunya seorang guru. Pemikiran jauh ke masa depan, menjadikan guru yang baik akan benar-benar hati hati baik dalam pikiran, ucapan maupun tindakan. Karena apapun yang dilakukan pasti bermakna dan berpengaruh terhadap perjalanan hidup manusia dimuka bumi ini.
    Hasil pendidikan yang dilakukan guru, maka jadilah kebudayaan, dan kebudayaan yang maju maka jadilah peradaban. Peradaban akan terukur dengan baik, apabila masa lampau diwariskan dengan sebaik baiknya dalam kemasan materi pendidikan. Begitu juga seterusnya, masa depan peradaban akan bermakna bagi anak cucu kita, apabila dikemas dengan sederhana dan dapat dipraktekkan dalam kegiatan pendidikan. Seperti pernyataan Abdul Rahmat berikut ini: Mendidik seorang anak mungkin tidak mudah, tetapi juga bukan merupakan hal yang sangat sulit. Ada banyak cara atau metode yang bisa kita pakai untuk membuat anak kita menjadi seorang sukses, bahagia, ceria, berpandangan jauh ke depan, dan memiliki akhlak mulia. Namun teori kadang tidak mudah dipraktikkan. Kondisi fisik dan psikis anak satu dengan anak lain tidak sama. Anak adalah harta dunia dan akhirat yang tidak akan pernah terbeli atau tergantikan oleh materi dunia yang kita miliki. (Abdul Rahmat,2010:69).
    Dengan demikian menjadi guru memiliki tugas menghadirkan masa depan yang lebih baik kepada siswanya. Sama juga tugas itu adalah mewariskan masa lalu secara bertanggung-jawab kepada siswanya. Tugas-tugas tersebut adalah bagian internalisasi dari seorang guru dimana dirinya tidak selamanya menjadi orang yang memiliki kuasa dalam mewariskan masa lalu, akan tetapi ada saatnya ia harus memberi kuasa kepada orang lain yakni siswanya. Guru yang baik harus sadar bahwa ia satu saat nanti bukan orang yang paling memiliki keahlian bagaimana merekayasa, merencanakan, dan mempersiapkan generasi masa depan, akan tetapi ia juga harus memiliki kesadaran bahwa ia juga merupakan satu estafet dari alih generasi, yakni generasi pendidikan.
    Kita setuju guru tetap seorang pendidik.