Transformasi Pendidikan Islam: Menyambut Forum Dekan Tarbiyah Se-Indonesia di Parapat

Hari selasa tanggal 9 sampai 12 Mei 2023 akan berlangsung Forum Dekan Fakultas Tarbiyah (Fordetak) se Indonesia di Parapat Sumatera Utara. Forum ini adalah tempat berkumpulnya para pengambil kebijakan pendidikan agama Islam di Indonesia dengan legalisasi Kementerian Agama Republik Indonesia. Forum yang dilakukan dua kali dalam setahun ini adalah untuk ketiga kalinya FITK UIN SU Medan ditunjuk sebagai tuan rumah, setelah tahun 2007 di Medan-Perapat, 2014 di Medan, dan ketiga di Parapat.

Awalnya pertemuan para dekan di lingkungan PTKIN yang mencoba menggagas kegiatan silaturahmi mendiskusikan berbagai hal khususnya kebijakan pendidikan agama. Dari sejak pendidikan agama sebagai sub sistem pendidikan nasional sampai menjadi bagian dari Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003.

Kemudian seiring bergulirnya kepemimpinan forum dekan, maka isu yang disertakanpun terkait dengan hal-hal yang lebih bersifat rutinitas, dari sejak sertifikasi guru, sertifikasi dosen, akreditasi perguruan tinggi sampai akreditasi program studi ditingkat internasional. Begitu juga Pendidikan Profesi Guru pada sepuluh tahun terakhir selalu menjadi agenda penting dalam pertemuan Fordetak ini. Membuktikan bahwa sebagai lembaga pencetak guru pendidikan agama dan keagamaan peduli untuk berbagi dengan satuan pendidikan penggunanya baik sekolah maupun madrasah.

Memang forum ini adalah untuk urun rembuk, tak jarang pada kesempatan ini biasanya pejabat kementerian agama juga memiliki kepentingan untuk memberikan masukan, shering kebijakan. Dikabarkan Dr.Muhammad Zen,M.Ag,selaku direktur Guru dan Tenaga Kependidikan Madrasah juga Dr.Amrullah,M.Ag selaku direktur Pendidikan Agama Islam akan hadir keduanya adalah atas nama di Direktorat Jendal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI.

Sejarah Fordetak

Kesadaran akan perlunya hidup bersama, mengatasi persoalan, merumuskan kebijakan sampai pada upaya mengantisipasi tantangan adalah mutlak. Itulah yang terjadi pada awal tahun 2000 an dikalangan dekan perguruan tinggi keagamaan pada Kementerian Agama RI. H.Irwan Nasution,M.Sc dari FT IAIN SU Medan saat itu selalu mojok dengan beberapa dekan disaat rehat pertemuan resmi. Hasilnya forum dekan perlu dibuat, untuk silaturahmi dan komunikasi serta kolaborasi.

Tentu forum bukan hanya bertemu dan bertatap muka, tetapi terjadwal dan terprogram apa yang mau dibuat, dilaksanakan, dan sekaligus rekomendasi. Dengan kesadaran bahwa masih banyak persoalan yang harus dijawab oleh fakultas tarbiyah ini. Saya ingat Prof.Mohd.Norsyam waktu hari pertama dilantik menjadi sekretaris Jendral Kementerian Agama beberapa tahun lalu menyampaikan, setelah IKIP menjadi universitas, maka pengawal pendidikan di Indonesia samakin berkurang bahkan nyaris tidak ada lagi yang menjaga gawang. Tarbiyah di lingkungan IAIN dan UIN, mohon untuk tetap konsen pada core-bisnisnya yakni pendidikan, titik. Guru Besar UIN Sunan Ampel Surabaya itu meyampaikan pendapatnya secara emosional pada sebuah forum di Bogor.

Prof.Sutrisno guru besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta pada kesempatan Fordetak terakhir di Manado tahun 2022 sempat mengkisahkan, bahwa tahun 2003 sudah lahir UUSPN maka kemudian ada pendidik profesional. Dari hal inilah maka tugas utama Fordetak menginisiasi untuk sertifikasi guru agama lewat portofolio kemudian PLPG, 2009-2010 piloting PPG dalam jabatan, kemudian merancang pendidikan profesi guru prajabatan, juga sertifikasi dosen di kementerian agama tahun 2007-2008. Bahkan Fordetak sempat menyusun buku BKD (Beban Kerja Dosen) untuk pertamakalinya. Selain meneruskan untuk PPG, juga Fordetak menyiapkan dosen PAI di perguruan tinggi umum, untuk mahasiswa yang beragama Islam. Perlu tim naskah akademik, kurikulum, penjaminan mutu, kemudian patner yang kuat bisa disebut timteng.

Sejaman dengan beliau Prof.Dede Rosyada, yang sempat menjadi Direktur Pendidikan Tinggi Islam mengingatkan, kita perlu bersinergi dalam membangun pendidikan, karena tidak bisa berjalan sendiri, kita harus menjain kerjasama dengan berbagai pihak. Pendidikan itu progresif dan terus mendapatkan tantangan. Mantan Dekan Tarbiyah ini selalu memberi apresiasi dan bahkan banyak koordinasi antara birokrasi dengan akademisi pada saat fordetak memerlukan.  Demikin mantan rektor UIN Syahid Jakarta. Pada kesempatan lain  Prof.Mahmud dari UIN SGD Bandung sebagai mantan dekan FITK beliau justru membawa dan memfasilitasi fordetak pada forum rektor PTKIN. Karena beliau menjabat sebagai ketua forum tersebut.

Itulah sekilas perjalanan Fordetak dari masa kemasa sampai hari ini.

Secara kelembagaan banyak hal terkait dengan persoalan pendidikan di negeri ini, seperti; sertifikasi, akreditasi sampai standarisasi profesionalisme dosen terus mengiringi kalender akademik. Isu tentang sertifikasi juga terus berjalan, dari pola rekrutmen dosen, asosiasi dosen, guru besar dosen sampai jabatan fungsional dosen ke guru besar.

Disaat yang sama tak jarang LPTK dalam agendanya lebih disibukkan dengan persiapan akreditasi, penguatan akreditasi, peningkatan akreditasi, sampai evaluasi akreditasai, studi banding akreditasi, pokoknya judul “akreditasi”.

Sertifikasi dan akreditasi adalah judul yang mendominasi RAB tahunan di masing-masing perguruan tinggi, mau sahabatical di luarnegeripun harus terkait dengan sertifikasi atau akreditasi.

Pendidikan Islam.

Hari ini memang pendidikan Islam menghadapi berbagai tantangan yang luar biasa. Terlalu sibuk dengan sejarah kita justru kehilangan waktu untuk menyelesaikan masalah hari ini, bahkan merencanakan masa depanpun tak sempat. Terlalu utopispun kita tak baik, karena masa depan semakin zig zag, dan Sebagian sudah hadir hari ini, esok, setiap saat terus berubah. Definisi pendidikan adalah rekayasa masa depan menurut Ziauddin Sardar sudah terhenti di awal abad 21.

Tapi tak mengapa mengawali cerita pendidikan Islam, ditilik dari Konferensi pendidikan Islam dunia yang Pertama di Jeddah, 31 Maret – 8 April 1977, Mekkah, merumuskan agenda untuk membenahi dan menyempurnakan sistem penyelenggaraan pembelajaran dalam pandangan Islam sebagaimana telah dikonferensiakan tingkat internasional pada umumnya. Kedua, di Islamabad, Pakistan 15-20 Maret 1980, dalam hal islamisasi ilmu pengetahuan, arah akhir dari pendidikan dalam pandangan Islam serta pedoman yang menjadi program pembelajaran Islam. Ketiga, daerah Dakha, Bangladesh tanggal 5–11 Maret 1981, tentang pengembangan buku teks, dan keempat, di Jakarta 1982, mengenai metodologi pengajaran.2 Selanjutnya konferensi pendidikan Islam kelima, diadakan di Kairo, Mesir pada bulan Maret 1987, sebagai review atas proses pelaksanaan hasil konferensi-konferensi sebelumnya sekaligus melihat pencapaian dan prestasi atas apa yang mereka rekomendasikan dari konferensi tersebut. Konferensi pendidikan islam keenam, konferensi yang diadakan di Cape Town, di daerah Afrika Selatan bertepatan pada 20 s/d 25 September tahun 1996 yang membahas mengenai rencana dan pedoman pembelajaran dalam perspektif islam. Kemudian konferensi ketujuh Tahun 2009 dan 2012, diadakan di Shah Alam, Malaysia sebagai pembahasan kelanjutan dasar atas hasil-hasil pelaksanaan konferensi tersebut  (Mushlih, 2015).

Pendidikan Islam dalam Konferensi Pendidikan Islam Sedunia beberapa kali telah dilakukan, namun masih meninggalkan beberapa catatan penting, sejak saat itu tak ada lagi jejak sejarah pendidikan Islam.

Bagaimana dengan pendidikan Islam di Indonesia, sesungguhnya Fordetak inilah yang memiliki kewenangan untuk menjawabnya. Apakah ingin membentuk Konvensi Pendidikan Indonesia yang eksis seperti forum bagi perguruan tinggi eks IKIP, atau setingkat AICIS di kementerian Agama RI. Intinya perlu difikirkan dan ditindaklanjuti.

Memang banyak hal terkait dengan pendidikan Islam, disamping kelembagaan, keilmuan juga masalah kebangsaan. Dari persoalan gerakan literasi, merdeka belajar, sampai pada chat GPT. Semua ada didepan mata, bukan dimasa depan.

Harapan untuk Rekomendasi

Pendidikan Islam memang sudah menjadi bagian penting dari pendidikan nasional. Akan tampak berbagai persoalan yang terus mengiringi pendidikan Islam baik secara struktural, kultural, maupun kontekstual. Secara struktural pendidikan Islam akan mengarah pada upaya efisiensi lembaga pendidikan formal, kini hadir e-pendidikan yang lebih menjanjikan khususnya pilihan cendas bagi kaum milenial. Sementara kebijakan pemerintah tentang moderasi beragama, merdeka belajar dan kampus merdeka tetap menjadi pekerjaan rumah yang terus berlanjut.

Secara kultural, bila para ilmuan pemerhati terlebih guru besar pendidikan Islam terperangkap dengan regulasi, sibuk dengan aturan, memenuhi Beban Kerja Dosen/Profesor,  maka pemikiran-pemikiran cerdas terkait dengan epistimologi pendidikan jauh dari harapan konon lagi membahas ontology dan aksiologi yang lebih universal.

Saatnya ada moment Fordetak yang segera berlangsung, kita harus ambil bagian penting dalam perkembangan di Indonesia, apa yang dapat dilakukan maka transformasi oleh Lembaga pendidikan Islam perlu direnungkan.

  1. Perlu dikembangkan epistimologi keilmuan pendidikan Islam, dengan membentuk forum para guru besar Pendidikan Islam baik dalam kongres maupun konferensi, disinilah diharapkan lahir gagasan besar tentang pendidikan Islam yang mengakomodir hasil penelitian, kajian ontologi, panggung para guru besar.
  2. Berkonstribusi terhadapat kebijakan pendidikan nasional, dimana pengarusutamaan moderasi  beragama harus dilakukan sejak dari kebijakan, pelaksanaan sampai pengembangan. Dalam hal ini, memberikan rambu-rambu yang lebih praktis tentang kegiatan moderasi beragama bagaik oleh guru di kelas, oleh siswa di sekolah maupun oleh orang tua di tengah tengah masyarakat.
  3. FITK harus selalu bersinergi untuk mengembangan keilmuan, dengan cara shering kurikulum yang lebih intens. Kebijakan kebijakan pada tingkat regulasi akan efektif bila forum diberdayakan. Dalam berfikir sistem ada suprasistem fordetak yakni forum rektor, konferensi seperti ICIS, sementara pada tingkat sub sistem ada forum program studi, serta asosiasi dosen prodi. Ini adalah aset yang harus diberdayakan.  
  4. Berbagi strategi ssesama untuk meningkatkan akreditasi, tukar menukar tulisan, jurnal, guru besar atau dosen profesional. Ini harus segera ditindaklanjuti.

Kami percaya setelah Fordetak dari Manado Septembere tahun 2022 lalu, kini Fordetak di Parapat Medan Sumatera Utara, akan menghantarkan eksistensi Pendidikan Agama Islam ketempat yang lebih strategis.

Sekalilagi dengan kolaborasi kita bangun negeri, lewat pendidikan kita bersinergi. Selamat mengikuti Fordetak semoga sukses.

Medan, 7 Mei 2023

Mardianto

Dekan FITK UIN Sumatera Utara Medan

Ketua Bidang Teknologi Pendidikan Islam Fordetak Indonesia.